Sudah Benarkah Kritik Kita?
Source: Rockypanjaitan |
Langsung pada substansi, Kritik tanpa adanya sikap solutif “ibarat hidup didunia tapi tidak tahu tujuan hidup dan untuk apa hidup”. Saat mengkritik seseorang yang tujuannya bersifat membangun, tentu saja hal tersebut bernilai ibadah atau kebaikan menurut agama.
Penulis bukan berbicara tentang Mereka, anda ataupun dia, hanya saja saya rindu akan sifat humanis yang tersalurkan melalui kata yang arif nan bijaksana.
Penulis bukan berbicara tentang Mereka, anda ataupun dia, hanya saja saya rindu akan sifat humanis yang tersalurkan melalui kata yang arif nan bijaksana.
Alangkah bijak jika seseorang ketika memberitahu (krtitik) tentang sesuatu dengan memberikan sesuatu. Bukan memberitahu sesuatu tetapi hanya ingin terkenal dengan retorikanya yang membuat raisa pun jatuh cinta istilahnya, tanpa memberikan substansi dan solusi. Acapkali Tidak jelas antara Kritik dengan menghujat (makar)
Muncul pertanyaan, Apakah kritik harus disertai solusi?
Subjektif saya jika permasaalahannya "sangat" sederhana, tentu tidak perlu disertai solusi. Akan tetapi, jika hal itu merujuk pada perseorangan hal itu sekiranya lebih arif untuk memberikan solusi. Seperti Hegel (Filsafat Sejarah: Editor) ibaratkan tesis pasti ada antitesis lalu menghasilkan sintesis. hal ini yang sering jadi blunder yang ujungnya menjadi lelucon.
Subjektif saya jika permasaalahannya "sangat" sederhana, tentu tidak perlu disertai solusi. Akan tetapi, jika hal itu merujuk pada perseorangan hal itu sekiranya lebih arif untuk memberikan solusi. Seperti Hegel (Filsafat Sejarah: Editor) ibaratkan tesis pasti ada antitesis lalu menghasilkan sintesis. hal ini yang sering jadi blunder yang ujungnya menjadi lelucon.
Saya tidak mengatakan kritik itu tidak baik, tapi akan lebih baik jika sebuah kritik yang disampaikan itu dibarengi oleh sikap-sikap yang tentunya bersifat solutif. jika "kita" bicara bagaimana caranya? kembali kepada perspektif masing-masing . Menurut saya sendiri perdalam ilmu terlebih dahulu, kaji secara pribadi, masif dan mendalam sehingga dalam mengemukakan kritik tak hanya sekadar ikut-ikutan pun hanya ingin "terlihat" lebih-lebih "lelucon". Sehingga dari apa yang kita kaji dan perdalam
akan tau apa yang harus dan bisa kita berikan dari problema yang ada.
akan tau apa yang harus dan bisa kita berikan dari problema yang ada.
Jadi berfikirlah secara mendasar ketika melayangkan sebuah kritikan, cari urgensi dari kritikan itu lalu berikanlah solusi atas itu.
Berkritiklah dengan hati maka anda akan mendapatkan hati jua. Lalu,
Berkritiklah dengan kritik (yang) transformatif.
Berkritiklah dengan hati maka anda akan mendapatkan hati jua. Lalu,
Berkritiklah dengan kritik (yang) transformatif.
“Think before complaining or you argument would be nothing but joke"
Wallahualambissawab..
Wallahualambissawab..
Komentar
Posting Komentar